selamat datang

Senin, 01 November 2010

Sekilas Mengenai Liturgi Minggu

Bosan! Demikian ungkapan sebagian warga yang mengikuti ibadah di gereja HKBP. Lantas timbul pertanyaan, apa yang menyebabkan kebosanan? Beberapa kesan yang terlihat bahwa ibadah itu monoton, lagu-lagunya dinyanyikan dengan cukup lambat, banyaknya kelompok paduan suara yang bernyanyi seakan-akan sedang menyaksikan festival paduan suara, khotbat tidak menarik. Nah, beberapa yang disebutkan di atas adalah penilaian subjektif. Jika ditanya, mungkin masih banyak dari warga jemaat HKBP yang tidak mengetahui makna liturgi yang dilaksanakan pada hari minggu. Saya mencoba untuk menjelaskannya. Semoga membantu.

Liturgi pada saat minggu umum itu terdiri dari tiga bagian Besar, yaitu: Bagian Allah, Bagian Jemaat dan Bagian Allah. Ketiga bagian itu dapat diperinci sebagai berikut:

1. Lonceng gereja, menandakan akan dimulainya kebaktian.
2. Pre-ludium: Awalnya di gereja-gereja Batak, para missionaris langsung memulai ibadah tanpa preludium. Tetapi karena mentalitas waktu itu ‘suka terlambat’, (bahkan hingga kini masih terjadi) sebab warga jemaat menunggu lonceng dibunyikan baru segera berangkat dari rumah bagi mereka yang dekat rumahnya, atau dari kedai sekitar gereja, maka ketika mereka masuk, Introitus sudah hampir selesai. Oleh karena itulah maka pre-ludium dibuat dan agak panjang, jemaat bernyanyi 3 ayat, dan di antaranya ada permainan organ. Dengan demikian waktu untuk “menunggu” yang suka terlambat sudah cukup.
Itulah sebabnya maka Pemimpin Liturgi (Paragenda) masih duduk. Ketika ayat 3 dinyanyikan, Paragenda maju ke depan altar, berdoa sejenak dan melakukan persiapan seperlunya, lalu menjelang kalimat terakhir selesai, Paragenda berbalik menghadap jemaat. (Catatan: Namun di berbagai gereja HKBP juga terjadi perbedaan dalam hal ini: ada yang liturgis begitu berangkat dari konsistori, langsung menuju altar; ada pula di beberapa gereja nyanyian hanya dinyanyikan 2 ayat dengan alasan waktu, sebab setelah ibadah itu, masih akan ada ibadah berikutnya.)

Bagian Allah:
3. Invocatio: seruan pada Allah Tritunggal. Seruan ini mengingatkan pada baptisan kita. Di sinilah awal kebaktian dimulai. Bangkit berdiri dalam liturgi satu segi dimaksudkan untuk penghormatan, menekankan kerendahan hati, dan segi lain lagi adalah menyatakan hal yang sangat penting bagi dunia. Ketiga-tiganya masuk di sini, ketika nama Tritunggal diserukan, karena itu adalah berkaitan dengan peringatan akan baptisan. Baptisan itu sendirilah yang mengantarkan jemaat pada kebaktian. Invocatio sering disebut dengan Votum. Votum itu adalah tanda diresmikannya sebuah Rapat atau pertemuan. Dalam kebaktian dia sering digunakan untuk pentahbisan ibadah. Votum sering kita dengar dalam kebaktian Kalvinis (GBKP atau GPIB). Dalam Agenda HKBP, yang kita kenal adalah Invocatio. Lebih dari itu, maksud dari invocatio ini adalah semacam pemateraian, maksudnya adalah bahwa kegiatan ini lain daripada yang lain, sebab diawali dengan seruan Allah Tritunggal.

4. Kemudian menyusul Introitus. Dalam bahasa Latin artinya adalah pintu masuk. Ayat yang dibacakan menjadi pintu masuk pada seluruh kebaktian. Di sini Liturgis akan membacakan ayat alkitab yang sesuai dengan tema minggu. Introitus jugalah yang menunjukkan berada dalam bagian manakah kita dalam rangkaian Tahun Gerejawi. Intoritus juga seirama dengan Epistel dan Pembacaan Injil dalam hari Minggu tersebut. Introitus juga mempengaruhi bacaan Almanak sepanjang mingu. Jadi wajarlah dia merupakan pintu masuk menuju seluruh hari Minggu. Sambutan Jemaat bagi Intoritus, yaitu ketika dia melewati pintu itu adalah dengan menyanyikan “Haleluya” sebanyak 3 kali.

5. Doa Kolekta: doa yang disampaikan secara bersama-sama, yang dipimpin oleh Liturgis. Isinya mengikuti suatu susunan yang indah: Pembukaannya yang juga disebut invocation, pada umumnya menyeru kepada Allah. Pembukaan menentukan penutup. Bila Allah Bapa yang disebut, maka akan ditutup dengan Nama Yesus Kristus. Ada beberapa bagian yang menyeru Yesus Kristus pada awal doa. Bila isinya diperhatikan secara seksama, terlihat bahwa setiap doa mempunyai jiwa dan semangat yang sesuai dengan tahun gerejawi dan di dalamnya terkandung pernyataan yang penuh keyakinan tentang Allah dan juga harapan-harapan serta permohonan yang berkaitan dengan keselamatan manusia. Dalam beberapa bagian, seruan yang kuat didasari oleh pemahaman akan ke-Tritunggal-an Allah sangat menonjol.

6. Nyanyian kedua: Ini adalah sambutan terhadap Invocatio dan Introitus dan Doa Kolekta. Pada dasarnya isi nyanyian dalam Agenda selalu menunjuk pada apa yang sebelumnya disampaikan. Oleh karena itu nyanyian kedua ini menyangkut apa yang tadi sudah didoakan, sehingga nyanyian itu menggenapkan dan memakukan apa yang sudah terdengar dalam Introitus tadi. Dalam perkembangan selanjutnya terlihat kebiasaan untuk mengaitkan isi nyanyian dengan apa yang berikutnya, sehingga nyanyian kedua ini jadinya berisi sesuatu yang berhubungan dengan Hukum Taurat Tuhan.

7. Hukum Taurat Tuhan: Pada mulanya yang dibacakan selalu ke Sepuluh Firman sebagaimana dituliskan dalam Agenda atau bagian dari Katekhismus. Tetapi perkembangan kemudian digantikan dengan ayat-ayat yang berisi anjuran dan disebut sebagai “pengganti Hukum Taurat”. Istilah ini sebenarnya tidak tepat karena Hukum Taurat tidak pernah diganti. Jemaat kemudian menyambut Hukum Taurat Tuhan dengan memohon: Ya TUHAN Allah, kuatkanlah kami untuk melakukan yang sesuai dengan HukumMu. Tidak jarang pula, Hukum Taurat tidak dibacakan secara keseluruhan, tetapi hanya 1 di antaranya berserta dengan artinya.

8. Nyanyian Ketiga: sambutan jemaat. Jawaban dan ungkapan sukacita jemaat atas kesediaan Tuhan mendengar doa umatNya akan dikuatkan melaksanakan kehendak Tuhan. Dalam perkembangan kemudian ada kebiasaan mengisinya dengan bagian yang berikut yaitu pengakuan dosa, karena melalui Hukum Tuhan, jemaat menyadari dosanya.

9. Pengakuan dosa, Berita Pengampunan dan Nyanyian Malaikat: Ini adalah saat di mana mengaku dosa, sebab perbuatan dan perkataan tidak sesuai dengan Hukum Taurat. Lalu jemaat diam dan hati diarahkan mendengarkan pemberitaan pengampunan Tuhan. Di sini akan terlihat suasana sukacita; di mana kesedihan karena dosa telah digantkan sukacita pengampunan dosa. Setelah terdengarlah Nyanyian Malaikat “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi” yang merupakan peristiwa besar menurut Lukas 15, bahwa di mana ada orang yang berdosa kembali ke jalan yang benar, maka malaikat bersukacita di sorga. Jemaat yang kembali ke jalan yang benar ini kemudian menyambut nyanyian malaikat itu dengan “Amin”! (Catatan: Kini dalam ibadah, setelah pengakuan dosa akan diikuti dengan irama musik yang sendu dan selalu berhubungan dengan lagu pengakuan dosa, untuk memberi waktu sejenak merenungkan dosa).

10. Nyanyian keempat: sambutan jemaat. isinya adalah ungkapan syukur kepada Allah atas kesediannNya memberi pengampunan, yang dinyanyikan dengan penuh sukacita.


11. Epistel: Jemaat mendengar Firman Allah melalui apa yang dituliskan oleh para Rasul. Hingga tahun 1960-an Epistel selalu diambil dari Surat-surat para Rasul, yaitu mulai dari Kisah Para Rasul hingga Wahyu, tidak pernah dari Perjanjian Lama atau dari Injil. Bacaan ini selalu kembali pada tahun ke-4. Epistel ditutup dengan Ucapan bahagia: “Berbahagialah orang yang mendengar firman Allah serta memeliharanya.” (Catatan: Kini di berbagai gereja epistel juga dibacakan secara responsorial; sesungguhnya tidak begitu tepat, namun alasan paling utama yang sering terdengar adalah agar jemaat membawa Alkitabnya ke gereja).

12. Nyanyian kelima: merupakan sambutan jemaat akan Epistel.

Bagian Jemaat:
13. Pengakuan Iman: Sambutan gembira dari seluruh jemaat dan seruan kesaksian pada dunia akan seluruh perbuatan Allah yang sudah dialami melalui seluruh unsur-unsur di atasi. (Ini bukanlah doa, tetapi kebanyakan jemaat mengucapkannya dengan menutup mata; tidak begitu jelas motivasinya apakah agar konsentrasi atau tidak memahami maksud dari bagian ini).

14. Warta Jemaat: Di sini, kehidupan jemaat termasuk persembahannya, ucapan syukur dan peristiwa penting dalam dirinya, diumumkan. Bila memang terlalu panjang, korban persembahan yang diberikan jemaat, cukup jumlah global yang dibacakan, tetapi tidak layak bila tidak dibacakan walau sudah dicetak dalam kertas acara. Beberapa jemaat masih mempertahankan kebiasaan melakukan doa syafaat sesudah warta jemaat.

15. Dalam Bagian jemaat inilah letak dari Paduan Suara, boleh diletakkan sesudah pengakuan iman dan sesudah Warta Jemaat. Paduan Suara tidak boleh diletakkan dalam bagian lain. (Catatan: yang sering terjadi adalah paduan suara bernyanyi di antara ‘Bagian untuk Allah’ dari liturgi itu).

16. Sambutan Jemaat melalui Nyanyian ke enam: Memimpin hati jemaat untuk mendengar Pembacaan Injil dan Khotbah sehingga pengarahan hati menuju pemberitaan Firman bisa saja disebut sebagai penguatan, di mana hati jemaat mengarah pada Allah. (Catatan: Tadinya tidak ada persembahan dalam bagian ini, tetapi karena diperlukan untuk menyokong pekerjaan pemberitaan firman, pada zaman belakangan ini, persembahan ditempatkan di bagian ini yang oleh gereja HKBP disebut dengan persembahan 1a dan 1b).

Bagian Allah:
17. Pembacaan Injil/Khotbah: Pada awalnya, di gereja Batak bagian Alkitab yang dibacakan di sini adalah perikop yang diambil dari ke empat Injil dan disesuaikan dengan tahun gerejawai. Perikop itu kembali lagi sesudah 3 tahun. Perkembangan sesudah tahun-tahun 1960-an pembacaan diambil dari bagian mana saja dalam Alkitab termasuk Perjanjian Lama. Tetapi di dalam Almanak masih tetap dipertahankan kata Ev (Evangelium) padahal isinya tidak lagi dari Injil, tetapi jadinya kata itu dimaksudkan untuk perikop yang akan dikhotbahkan. Dalam Gereja yang masih dekat dengan tradisi Kalvinis dan Lutheran, Pembacaan Injil tetap ada, tetapi untuk khotbah ditentukan dari perikop lain.

18. Nyanyian Thema: Inilah inti dan puncak dari seluruh nyanyian dalam kebaktian Minggu, karena dia berkaitan dengan thema dalam hari Minggu itu sesuai dengan Tahun Gerejawi, berarti senyawa dengan Intoritus, Epistel dan Evangelium. Dia merupakan sukacita dan rasa syukur atas pemberitaan Firman Kebiasaan lain adalah mengulangi aspek tertentu dari khotbah atau melanjutkan isi khotbah itu dengan perenungan melalui nyanyian. Pada kesempatan ini persembahan dijalankan. Sambutan jemaat itu semakin dalam, karena melalui persembahan itu unsur penyerahan hidup berlangsung bersamaan dengan nyanyian itu. Dan inilah juga thema penting dalam doa persembahan pada bagian berikut. (Catatan: Tadinya juga tidak ada persembahan dalam bagian ini, tetapi sebagaimana keputusan oleh Sinode Godang, ditetapkanlah pada bagian ini disebut dengan persembahan kedua).


19. Doa persembahan: isinya adalah mensyukuri seluruh anugerah Allah dan melihat kehidupan sebagai bagian milik Allah. Jemaat kemudian menyambut dengan nyanyian penyerahan diri.

20. Doa “Bapa Kami”: Bagian terakhir doa dinyanyikan oleh jemaat dengan melodi yang anggun.

21. Berkat: Rumusan untuk ini mengacu kepada Bilangan 6:24-26 sebagaimana Musa memberitahukannya kepada Harun.

22. Sambutan Jemaat: dengan menyanyikan Amin 3 kali.


Bila isinya benar-benar diterangkan dan dimengerti oleh jemaat, itu akan menolong kita untuk mempunyai kepekaan liturgis, dan kepekaan ini akan mencelikkan kita pada “apa yang terlupakan”, yang selama ini tidak kita punyai, yang membuat kita menjadi bosan. Terkait dengan nyanyian, apabila dinyanyikan dengan unsur-unsur musik yang tepat tentu akan baik. Pada umumnya yang terjadi adalah lagu-lagu yang termuat dalam Buku Ende HKBP belum dinyanyikan secara tepat. (L.S)

0 komentar:

Posting Komentar